MEREKA MASIH ADA


Rabu, 14 Oktober 2020 kemarin, Allah mempertemukan saya dengan sebuah bengkel yang berlokasi di sebelah Barat SDN 01 Linggo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan melalui perantaraan ban belakang yang bocor. Sebuah skenario Allah yang indah: bengkelnya tak jauh dari lokasi insiden ☺️

Belum lama Masnya memulai pekerjaan, sebuah sepeda motor tiba di depan bengkel. Dua cowok remaja turun dan menyapa Si Mas Bengkel. Terlihat saling mengenal dan akrab. Ternyata mereka meminjam alat untuk sepeda motornya 😊.

Karena saya duduk dalam jarak yang lumayan dekat dengan motor saya, sekitar 1 meter, dan celah tersebut menjadi akses yang paling mudah untuk mengambil alat yang mau dipinjam, mau tidak mau salah satu remaja tadi mesti lewat di depan saya.
 

"Nyuwun sewu, Pak" ujarnya singkat seraya membungkukkan badan. 
"O gih, monggo", balas saya. Karena alat yang diambil relatif kecil sehingga ruang geraknya saya anggap masih mencukupi, plus saya sudah terlanjur PW alias Posisi Wenak 🤭, saya memang tidak berdiri.
 

Karena tak seketika selesai, remaja tadi mesti beberapa kali melintas di depan saya. Dan seluruhnya sama-sama santun.
"Kelas pinten, Mas?" (Kelas berapa, Mas) tanya saya sok tahu bahwa mereka masih pelajar.
"Kelas kalih, Pak" (Kelas dua, Pak) jawab mereka hampir serentak.
"Teng pundi?" (Di mana) tanya saya lagi
"Teng SMP Dua Paninggaran" (Di SMP Dua Paninggaran) jawab mereka lagi. SMP tersebut hanya berjarak sekitar seratusan meter dari tempat saya bertugas di SDN 01 Tenogo Paninggaran Pekalongan
 .
"O gih" ujar saya singkat. Selanjutnya kami sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Saya sendiri, sembari menyaksikan proses pekerjaan Mas Bengkel, merasa senang dan damai 🥰. Ternyata, untuk kesekian kalinya, saya menjumpai fakta bahwa sopan santun para remaja kita belum luntur sama sekali.

Mereka masih ada dan saya yakin bahwa yang saya lihat itu hanya bagian sangat-sangat kecil dari jumlah besar dan banyak lainnya di luar sana.

Di sisi lain saya juga percaya bahwa kesantunan yang mereka pertontonkan bukanlah hasil dari proses instan, ujug-ujug alias tiba-tiba. Karena sangat-sangat tidak mudah menanamkan sekaligus membiasakan hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pendidikan karakter di sekolah. Baik orang tua di rumah, guru di sekolah (sekolah saat ini maupun sebelumnya) dan masyarakat sama-sama memiliki peran penting yang saling memperkuat dan saling mengisi.

Dan akhirnya, saya semakin yakin bahwa ihtiar maksimal dalam memperkenalkan sekaligus membiasakan anak dan anak-anak didik saya terhadap beragam norma dan susila bukanlah hal yang sia-sia ✍️🤝

Semangat Kamis Optimis! 👌
#TebarSemangatKebaikan
#JanganTundaBerbuatBaik
#OptimisLebihManis
#BersyukurTambahMakmur

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home