Tampilkan postingan dengan label Zuhrotun Nisa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zuhrotun Nisa. Tampilkan semua postingan

TUJUH


10.00 WIB
Aku duduk termangu. Sungguh, tak ada lagi yang bisa kulakukan selain hanya berdoa. Ruang operasi, dimana suamiku berada di dalamnya, menjelma menjadi sebuah ruang yang sangat-sangat menakutkan bagiku. Masih terngiang dengan jelas kala dokter memberikan dua kemungkinan operasi itu: yang pertama suamiku bisa sembuh, tapi kemungkinan dia akan cacat. Sebagian tubuhnya bisa mati rasa karena tumor yang akan diambil demikian besarnya sehingga bisa membuat jaringan yang masih normal akan rusak. Dan yang kedua, resiko kematian.
  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • previous home