Repot kenapa?
Bocor. Umahe dadi becek. Kesel
Ya ndak begitu juga. Tapi ya itu, akhire harus sibuk cari ember-lah, cari baskom-lah. Belum lagi anak-anak malah pada dolanan banyu udan
Eh, tahu tidak: hujan dalam Islam bukan hanya dianggap sebagai fenomena alam, melainkan sebagai salah satu tanda kebesaran Allah. Dalam Al-Qur’an, hujan disebutkan sebagai salah satu bentuk nikmat yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Hal ini tertuang dalam beberapa ayat, salah satunya adalah QS. An-Nur ayat 43, yang artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu lihatlah hujan keluar dari celah-celahnya…” (QS. An-Nur: 43).
Selain sebagai tanda kekuasaan, turunnya hujan juga dipandang sebagai rahmat yang memberikan kebaikan bagi kehidupan. Dalam QS. Al-Furqan ayat 48, Allah berfirman: “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih.” (QS. Al-Furqan: 48). Ayat ini menggarisbawahi bahwa hujan adalah salah satu bentuk rahmat Allah yang membawa kebaikan bagi kehidupan di bumi. Air hujan yang turun dari langit bukan hanya bersih, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh makhluk hidup.
Dalam Islam, hujan juga dikaitkan dengan rezeki yang melimpah. Allah SWT mengatur turunnya hujan sebagai sarana untuk menumbuhkan tanaman yang menjadi sumber makanan bagi manusia dan hewan. Hal ini tercantum dalam QS. Qaf ayat 9-11, yang artinya: “Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian yang bisa dipanen. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. Untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba Kami.” (QS. Qaf: 9-11). Ayat ini menegaskan bahwa hujan membawa keberkahan dalam bentuk rezeki yang berlimpah. Hujan memungkinkan tanaman tumbuh subur, yang kemudian menjadi makanan dan sumber kehidupan bagi manusia serta makhluk lainnya.
Dalam tradisi Islam, ketika hujan turun, umat Muslim dianjurkan untuk berdoa. Hujan adalah momen di mana doa-doa bisa lebih mudah terkabul. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: bertemunya dua pasukan, saat shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun.” (HR. Abu Dawud). Doa saat hujan bisa berisi permohonan agar hujan yang turun membawa berkah dan bukan bencana. Selain itu, umat Muslim juga bisa berdoa untuk rezeki, kesehatan, dan keselamatan bagi diri mereka dan orang-orang yang mereka cintai.
Nah kembali tentang bocor: kalau hujan kemudian bocor, yang bocor apanya sih?
Ya atapnya-lah. Masa' jendelanya
Kalau atapnya, berarti kan punya atap? Berarti punya rumah, 'kan?
Ya iyalah, masa iya dong
Tidakkah kita bayangkan mereka yang di luar sana yang belum atau tidak punya rumah pada saat hujan seperti ini? Yang sehari-harinya mungkin tidur beratap langit, kolong jembatan, kardus, atau sejenisnya?
Tidakkah kita bisa menebak salah satu harapan terbesar mereka yang sampai saat ini belum punya rumah, saat hujan seperti ini mungkin: "SENANGNYA ANDIKATA AKU PUNYA RUMAH. KECIL SAJA TIDAK APA-APA, YA ALLAH. YANG PENTING ANAK-ANAK BISA BERTEDUH"
Seperti itu, 'kan, dulu impian kita saat belum punya rumah? Atau saat belum punya rumah sendiri?
Dan sekarang, kita menjadi mudah melupakan saat-saat kita belum memilikinya. Apapun itu.
Kita menjadi gampang lupa bagaimana rasanya saat dulu kita belum punya apa-apa
Dan jangankan saat hujan, saat terang benderang pun seringkali kita menjadi lupa betapa sudah tak terhitung yang Allah berikan
Rumah yang dulu kita huni dengan tenang dan tenteram perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang aneh dan asing karena kita seringkali membanding-bandingkan rumah kita dengan orang lain
Apalagi kalau sudah sampai ke isi rumah, kendaraan, dan apa saja yang kita lihat di rumah orang lain yang menurut mata kita terlihat lebih indah, lebih baik, lebih rapi, lebih mahal. Lebih-lebih-lebih
Akhirnya waktu dan energi kita habis untuk merenungkan milik orang lain yang menurut kita selalu lebih baik dari milik kita.
Sementara yang kita lihat belum tentu keadaan yang sesungguhnya
Padahal bisa jadi orang lain yang sering kita sebut dengan Hidupnya lebih enak atau Hidupnya lebih beruntung diam-diam sedang atau bahkan selalu menatap kehidupan kita dengan kalimat yang sama.
Kita paham betul kalimat bijak Urip kuwe mung sawang sinawang, hidup itu hanya saling memandang; tapi itu juga yang kita keluhkan setiap saat.
Yuk berhenti menghitung rizki orang lain karena seringkali hal itu membuat kita menjadi lupa dengan banyaknya rizki yang sudah kita terima.
Jangan terlalu sering mendongak ke atas karena selain leher jadi pegel, kita bisa menjadi kufur nikmat
Sering-seringlah melihat ke bawah agar selain tidak kepleset, juga agar kita tahu bahwa yang hidupnya belum lebih baik daripada kita masih banyak
Kalau kita iri dengan kehidupan orang lain, maka iri jugalah dengan cara bekerjanya, cara ibadahnya, dan juga: irilah dengan segala penderitaannya
Percayalah: tidak sedikit orang lain yang hidupnya lebih menderita daripada kita. Bedanya: mereka tidak seberisik dan se-kemrungsung kita. Mereka tenannnnggggg banget dalam segala cobaan hidupnya sampai kita kadang-kadang bingung dengan orang seperti itu: Kok bisa ya orang yang kehidupan ekonominya tidak lebih baik daripada saya tapi hidupnya setenang itu? Kok bisa ya orang yang cobaan hidupnya bertubi-tubi seperti itu terlihat tidak pernah mengeluh?
Jadi, yuk berhentilah kemrungsung. Berhentilah menjadi hakim atas hidup dan kehidupan orang lain. Fokus saja dengan kehidupan kita sendiri. Karena kelak kita akan ditanya di akhirat sendiri-sendiri, bukan berjamaah
Barangkali Allah belum mengabulkan doa-doa kita, terutama permintaan tentang harta duniawi, salah satunya karena Allah ingin agar kita tidak lama-lama dihisab di akhirat kelak.
Bersyukurlah dengan apapun yang kita miliki
Walaupun hanya sepasang sandap jepit usang
Karena ada yang Allah takdirkan tidak memiliki kaki
Salam Luar Biasa!
Bakda Magrib
Rabu Wage, 11 Juni 2025
Ditulis saat masih hujan
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar